Selasa, 03 Januari 2017
MAKALAH PENGAMBILAN KEPUTUSAN
A. LATAR
BELAKANG
Setiap tindakan manusia dalam kehidupan sehari-hari,
sesungguhnya didasari oleh keputusan yang diambil. Mulai dari aktivitas
individual hingga aktivitas dalam organisasi, semuanya didasari pada keputusan
yang diambil. Akan tetapi, karena keputusan-keputusan tersebut telah rutin
diambil, maka biasanya seseorang atau kelompok organisasi tidak lagi
berlama-lama berfikir untuk menetapkan keputusan tersebut. Setiap tindakan
seolah-olah dilakukan begitu saja secara alami tanpa perlu pertimbangan.
Padahal, sesunggunya tidaklah sepenuhnya seperti itu.
Diluar tindakan rutin tersebut, dalam kehidupan
sehari-hari sering kali seseorng dan organisasinya dihadapkan oleh permasalahan
yang perlu dipertimbangkan matang-matang sebelum mengambil keputusan. Karena
semua keputusan yang dibuat tentunya didasari pada pertimbangan matang dari
berbagai kemungkinan yang ada agar dalam sebuah organisasi mendapatkan pilihan
yang baik.
Akan tetapi keputusan untuk memilih ini tidak selalu mudah, terutama karena kita mempunyai berbagai keterbatasan. Bila keputusan dipaksa untuk mendapatkan sesuatu yang sangat ideal, tidak jarang keputusan tersebut menjadi salah akibat keterbatasan-keterbatasan tersebut. Akibatnya kita harus menanggung resiko memilih pilihan yang kurang tepat sehingga merugikan diri sendiri maupun organisasi, Nachrowi Djalal Nachrowi, PhD dan Hardius Usman, Msi (2004:1).
Akan tetapi keputusan untuk memilih ini tidak selalu mudah, terutama karena kita mempunyai berbagai keterbatasan. Bila keputusan dipaksa untuk mendapatkan sesuatu yang sangat ideal, tidak jarang keputusan tersebut menjadi salah akibat keterbatasan-keterbatasan tersebut. Akibatnya kita harus menanggung resiko memilih pilihan yang kurang tepat sehingga merugikan diri sendiri maupun organisasi, Nachrowi Djalal Nachrowi, PhD dan Hardius Usman, Msi (2004:1).
B.TINJAUAN PUSTAKA
Keputusan adalah hasil pemecahan masalah
yang dihadapinya dengan tegas. Hal itu berkaitan dengan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan mengenai ‘apa yang harus dilakukan’ dan seterusnya
mengenai unsur-unsur perencanaan. Dapat juga dikatakan bahwa keputusan itu
sesungguhnya merupakan hasil proses pemikiran yang berupa pemilihan satu
diantara beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang
dihadapinya. Pengambilan keputusan (desicion making) itu sendiri adalah
melakukan penilaian dan menjatuhkan pilihan. Keputusan ini diambil setelah
melalui beberapa perhitungan dan pertimbangan alternatif.
Ada beberapa pendapat para ahli tentang
pengertian pengambilan keputusan diantaranya, menurut Terry dalam Fendy (2011)
Mengemukakan bahwa pengambilan keputusan adalah sebagai pemilihan yang
didasarkan kriteria tertentu atas dua atau lebih alternatif yang mungkin.
Diungkapkan pula oleh Goerge dalam Fendy (2011) Mengatakan proses pengambilan
keputusan itu dikerjakan oleh kebanyakan manajer berupa suatu kesadaran,
kegiatan pemikiran yang termasuk pertimbangan, penilaian, dan pemilihan
diantara sejumlah alternatif. Sedangkan menurut Horold dan O’Donnell dalam
Fendy (2011) Mereka mengatakan bahwa pengambilan keputusan adalah pemilihan
diantara alternatif mengenai suatu cara bertindak yaitu inti dari perencanaan,
suatu rencana tidak dapat dikatakan tidak ada jika tidak ada keputusan, suatu
sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah dibuat. Serta
Siagian dalam Soetopo (2010:145) memandang bahwa: Pengambilan keputusan adalah
suatu pendekatan sistematis terhadap suatu masalah, pengumpulan fakta dan data,
penelitian yang matang atas alternatif dan tindakan
C. PEMBAHASAN
A.Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan sering dijelaskan
sebagai tindakan memilih di antara beberapa kemungkinan. Pengambilan keputusan
adalah suatu proses lebih pelik dari sekedar memilih di antara beberapa
kemungkinan. Banyak perdebatan muncul saat menentukan efektivitas pengambilan
keputusan secara individu atau kelompok. Secara kelompok biasanya membutuhkan
waktu lebih lama untuk mencapai keputusan, tetapi dengan pengambilan keputusan
kelompok dapat mengikut-sertakan spesialis dan ahli akan menguntungkan karena
interaksi di antara mereka akan menghasilkan keputusan yang lebih baik. Pada
kenyataannya, banyak para peneliti menyatakan bahwa keputusan konsensus dengan
lima atau lebih peserta akan lebih baik, karena akan mendapatkan pengumpulan
suara terbanyak dan keputusan memimpin kelompok.
Keputusan tertentu tampaknya memang
menjadi lebih baik jika dibuat oleh kelompok, seperti keputusan tidak
terprogram lebih cocok jika dibuat oleh kelompok.
B.Gaya dan Model Pengambilan Keputusan
Gaya Manajer dalam pengambilan keputusan
akan banyak diwarnai oleh beberapa hal seperti latar belakang pengetahuan,
perilaku pengalaman, dan sejenisnya. Cara-cara manajer dalam mendekati masalah
tersebut antara lain :
Penghindar Masalah
Seorang penghindari masalah mengabaikan informasi yang menunujukkan kesebuah masalah. Para penghindari masalah ini tidak aktif dan tidak ingin menghadapi masalah.
Penyelesaian Masalah
Seorang penyelesaian masalah mencoba menyelesaikan masalah-masalah apabila masalah-masalah itu muncul. Mereka bersikap reaktif menghadapi masalah-masalah yang timbul.
PencarianMasalah
Seorang pencari masalah secara aktif mencari masalah-masalah guna diselesaikan atau mencari peluang-peluang baru untuk dikejar.
Penghindar Masalah
Seorang penghindari masalah mengabaikan informasi yang menunujukkan kesebuah masalah. Para penghindari masalah ini tidak aktif dan tidak ingin menghadapi masalah.
Penyelesaian Masalah
Seorang penyelesaian masalah mencoba menyelesaikan masalah-masalah apabila masalah-masalah itu muncul. Mereka bersikap reaktif menghadapi masalah-masalah yang timbul.
PencarianMasalah
Seorang pencari masalah secara aktif mencari masalah-masalah guna diselesaikan atau mencari peluang-peluang baru untuk dikejar.
C. Peranan
Individu dan Kelompok dalam Pengambilan Keputusan
Pada tingkat individual, kemampuan
seorang pengambil keputusan sangat bergantung pada tingkat kemahirannya
menggabungkan dan mengkolaborasikan antara pendekatan ilmiah, daya fikir
kreatif intuitif dan emosional. Dalam keputusan individual, manager membuat
pilihan tindakan yang disukai. Beberapa faktor perilaku hanya mempunyai
aspek–aspek tertentu dari proses pengambilan keputusan.
Faktor tersebut adalah :
1.
Kepribadian,
2.
Nilai,
3.
Kencendrungan
akan resiko, dan
4.
Kemungkinan
ketidakcocokkan.
1. Kepribadian
Satu penelitian telah berusaha pengaruh
dari beberapa variable terpilih teradap proses pengambilan kepriadian, tetapi
memasukan juga rangkaian variable lain yaitu :
a.
Variabel
kepribadian, Hal ini mencakup sikap, kepercayaan individu.
b.
Variabel
situasional, Menyinggung situasi ekstern, yang dapat diamati, yang dihadapi
oleh orang – orang itu sendiri.
c.
Variabel
interaksional, Hal ini menyinggung keadaan pada saat itu dari orang-orang
sebagai akibat dari interaksi situasi tertentu dengan ciri-ciri khas
kepribadian orang.
2.Nilai
Nilai itu diperoleh pada waktu orang
masih muda sekali dan merupakan bagian dasar dari pikiran seseorang. Pengaruh
itu dapat dilihat dari setiap proses pengambilan keputusan manajemen sebagai
berikut :
a.
Dalam
menetapkan sasaran, pertimbangan nilai perlu sekali mengenai pemilihan kesepatan
dan penentuan prioritas.
b.
Dalam
mengembangkan alterntif, orang perlu mempertimbankan nilai berbagai macam
kemungkinan.
c.
Apabila
memilih alternatif, nilai dari orang yang mengambil kputusan memperngaruhi
alternatif manakah yang akan dipilih.
d.
Apabila
melaksanakan keputusan, pertimbangan nilai sangat perlu dalam memilih cara
pelaksanaanya.
e.
Dalam
fase evaluasi dan pengendalian, pertimbangan nilai tidak dapat dihindari
apabila mengambil tindakan.
3.Kecenderungan Akan Resiko
Seseorang pengambil keputusan yang agak
segan mengambil resiko akan menetapkan sasaran yang bebeda, mengavaluasi
alternatif secara berbeda juga. Orang tersebut akan berusaha menetapkan pilihan
dimana resiko atau ketidakpastian sangat rendah, atau diana kepastian akan
hasilnya sangat tinggi.
4.Kemungkinan ketidak Cocokan
Apabila terjadi ketidak cocokan, maka
tentu saja ketidak cocokan ini dapat dikurangi dengan mengakui bahwa telah
terjadi kesalahan. Orang tesebut lebih memungkinkan menggunakan satu atau
beberapa metode berikut ini untuk mengurangi ketidak cocokan mereka :
a.
Mencari
informasi yang mendukung kebijaksanaan dari keputusan mereka.
b.
Secara
selektif memahami (mengubah) informasi dengan suatu cara yang dapat mendukung
keputusan mereka.
c.
Merubah
sikap mereka, sehingga mereka memiliki pandangan yang baik terhadap alternatif
yang telah ditetapkan sebelumnya.
d.
Mengelakan
pentingnya segi – segi postif dan mempertinggi unsur – unsur
positif dari keputusanya.
Sedangkan di dalam praktek dilapangan
peranan kelompok lebih dominan. Terutama seorang manajer di organisasi /
perusahaan modern, terutama yang besar dan kompleks, pengambilan keputusan
tidak mungkin lagi hanya oleh seorang manajer, walaupun manajer memiliki
tingkat kemampuan dan kemahiran tinggi. Artinya, kemampuan seorang manajer akan
bergantung pula pada tingkat keterampilannya melibatkan kelompok dalam
organisasi. Biasanya seorang manajer akan mengadakan pertemuan (meeting)
ketika ia hendak mengambil sebuah keputusan, terutama yang berkaitan dengan
organisasi.
Pertemuan (meeting) adalah salah satu cara yang efektif dalam proses pengambilan keputusan, mulai dari indentifikasi masalah, pengumpulan analisis data, pengkajian berbagai alternatif, dan pemilihan salah satu alternatif yang dipandang paling mungkin mendatangkan manfaat yang paling besar, atau kerugian terkecil apabila kerugian itu tidak dapat dihindari.
Pertemuan (meeting) adalah salah satu cara yang efektif dalam proses pengambilan keputusan, mulai dari indentifikasi masalah, pengumpulan analisis data, pengkajian berbagai alternatif, dan pemilihan salah satu alternatif yang dipandang paling mungkin mendatangkan manfaat yang paling besar, atau kerugian terkecil apabila kerugian itu tidak dapat dihindari.
Berikut beberapa alasan mengapa
keterlibatan kelompok dalam pengambilan keputusan dirasa penting oleh
organisasi :
1. Hasil
Kerja Kelompok
Apabila para anggota kelompok tertentu
mampu mengemukakan pendapat dan gagasanya secara meyakinkan, maka petukaran
pikiran akan terjadi antar anggota kelompok. Dan pertukaran yang terjadi akan
menimbulakan gagasan baru yang dapat dimanfaatkan oleh semua anggota kelompok.
2. Masukan
yang Beraneka Ragam
Karena keterlibatan banyak orang,
biasanya berbagai sumber daya dimanfaatkan, misalkan dalam bentuk waktu,
tenaga, pikiran dan sebagainya. Dengan begitu akan di dapat beraneka ragam
masukan yang bisa dijadikan referensi dalam pengambilan keputusan.
3. Pemanfaatan
Berbagai Pengetahuan
Seperti yang kita ketahui bahwa
organisasi modern memiliki kompleksitas yang tinggi, dapat dilihat dari segi
tujuan, jenis kegiatan, sasaran dan jumlah orng yang terlibat. Mereka juga
memiliki tenaga – tenaga profesional sesuai bidangnnya masing – masing. Tenaga
– tenaga profesional inilah yang menjadi sumber – sumber pengetahuan, karena
jumlah pengetahuan yang dimiliki seluruh anggota kelompok pasti jauh lebih
besar dari pengetahuan yang dimiliki orang perorang, oleh karena itu
pemanfaatannya dalam pengambilan keputusan tentu lebih besar pula.
4. Keterikatan
Pada Keputusan yang Diambil
Salah satu kunci keberhasilan dalam
pelaksanaan suatu keputusan terletak pada keterikatan orang – orang yang
terlibat dalam proses pengambilan keputusan, dalam rangka melaksanakan
keputusan dengan sebaik – baiknya. Dengan mengikutsertakan berbagai pihak yang
terkait yang akan memegan peranan kunci dalam pelaksanaan, akan mengurangi
oposisi (penolakan) yang mungkin timbul. Dan mendorong perkembangan suasana
saling pengertian yang pada akhirnya akan menghasilkan keputusan yang efektif.
5. Meningkatnya
Mutu Keputusan yang Diambil
Kelompok – kelompok yang terlibat
dalam proses pengambilan keputusan biasanya harus mencapai kesepakatan tentang
keputusan yang diambil. Artinya, keputusan yang diambil adalah keputusan
kelompok, bukan keputusan individu. Sehingga jika ada perbedaan – perbedaan
bahkan penentangan cara – cara yang akan ditempuh untuk menyelesaikan suatu
permasalahan yang di kemukakan anggota kelompok. Orang – oang tersebut harus
taat kepada hasil musyawarah. Dengan demikian mutu keputusan yang diambil akan
meningkat.
Hal yang harus di perhatikan proses
kelompok dalam membuat keputusan tak terprogram. Hal-hal berikut ini
berhubungan dengan proses kelompok saat membuat keputusan tak terprogram,
yaitu:
1. Penetapan tujuan: kelompok
lebih unggul dibandingkan individu sebab kelompok memiliki pengetahuan lebih
banyak dibandingkan individu.
2. Identifikasi alternatif:
usaha individu sebagai bagian dari anggota kelompok akan merangsang pencarian
lebih luas diberbagai area fungsional di organisasi.
3. Evaluasi alternatif:
pertimbangan kolektif dari kelompok dengan berbagai sudut pandang lebih unggul
dibanding individu.
4. Memilih alternatif:
interaksi kelompok dan pencapaian konsensus biasanya menghasilkan penerimaan
resiko lebih besar dibanding individu. Keputusan kelompok juga biasanya lebih
dapat diterima sebagai hasil dari partisipasi bersama.
5. Implementasi keputusan:
dibuat oleh kelompok atau tidak, penyelesaian biasanya dilakukan oleh seorang
saja manajer. Individu bertanggungjawab untuk implementasi keputusan kelompok.
Teknik pengambilan keputusan kelompok
Kelompok interaktif, yaitu anggota
berinteraksi secara langsung dengan anggota lain.
Kelompok nominal , yaitu membatasi
komunikasi antar pribadi selama proses pengambilan keputusan , karena
masing-masing individu mengemban tugas secara independen.
Bentuk teknik pengambilan keputusan
kelompok
Teknik Pengambilan Keputusan Kelompok
Delphi, umumnya digunakan untuk mengambil keputusan meramal masa depan yang
diperhitungkan akan dihadapi organisasi. Teknik ini sangat sesuai untuk
kelompok pengambil keputusan yang tidak berada di satu tempat. Pengambil keputusan
menysun serangkaian pertanyaan yang berkaitan dengan suatu situasi peramalan
dan menyampaikannya kepada sekelompok ahli. Para ahli tersebut ditugaskan untuk
meramalkan, apakah suatu peristiwa dapat atau mungkin terjadi atau tidak.
Teknik Pengambilan Keputusan Kelompok
Nominal, adalah rapat kelompok yang terstruktur terdiri dari 7-10 individu
duduk berkumpul tetapi tidak berbicara satu sama lainnya. Setiap orang menulis
gagasannya di selembar kertas. Setelah 5 menit, dilakukan saling tukar pikiran
yang terstruktur. Setiap orang mengajukan satu gagasan. Seseorang yang ditunjuk
sebagai notulen mencatat seluruh gagasan itu di kertas di depan seluruh anggota
kelompok.
Teknik Pengambilan Keputusan dengan
Pertemuan Elektronik, Pendekatan yang terbaru untuk pengambilan keputusan
kelompok adalah mencampurkan teknik kelompok nominal dengan teknologi komputer
canggih. Bentuk ini disebut dengan pertemuan elektronik (electronic meeting).
Jika tehnologi sudah dipakai, konsepnya sederhana saja. Sampai dengan lima puluh
orang duduk mengelilingi meja berbentuk U (tapal kuda) yang disana hanya ada
seperangkat terminal komputer. Masalah dipresentasikan kepada para peseta
pertemuan dan meraka mengetik tanggapan mereka ke layar komputer. Komentar
individu, serta jumlah suara diperlihatkan di layar proyeksi di ruangan
tersebut.
D.Kelebihan pengambilan keputusan
kelompok
Menurut Mansoer (1989:69) ada beberapa
kelebihan keputusan kelompok dibandingkan dengan keputusan individual, antara
lain:
1. Informasi yang lengkap
lebih mungkin diadakan. Dalam kelompok terhimpun banyak pengalaman dan
pandangan daripada seorang.
2. Banyak alternatif yang
muncul, karena kelompok mempunyai informasi banyak dalam jumlah dan ragamnya
dan dapat mengidentifikasi lebih banyak kemungkinan. Lebih-lebih lagi kelompok
itu terdiri atas berbagai keahlian dan latar belakang pengalaman.
3. Keputusan kelompok lebih
berterima. Hal ini disebabkan karena keputusan kelompok lebih menelaah banyak
pandangan dan pendapat, sehingga keputusannya lebih besar kemungkinan mendapat
persetujuan lebih dari banyak orang.
4. Meningkatkan kesempatan
terlaksananya hak orang banyak. Keputusan kelompok lebih sesuai dengan hak
demokrasi. Mengingat banyak kesempatan oleh manajer untuk mengambil keputusan
sendiri, maka mengambil kebijaksanaan untuk memberi kesempatan kepada orang
lain yang ahli untuk turut mengambil kebagian dalam pengambilan keputusan,
adalah merupakan upya meningkatkan legistimasi orang lain.
E. Kekurangan pengambilan
keputusan kelompok
Selain memiliki kelebihan, pengambilan
keputusan secara kelompok juga tidak lepas dari beberapa kelemahan, di
antaranya adalah:
1. Memakan waktu. Keputusan
kelompok diperoleh dari hasil diskusi yang panjang, banyak waktu dipakai untuk
rapat-rapat, sedangkan pengambilan keputusan sendiri oleh manajer bisa diambil
dalam waktu singkat, tepat pada saat masalahnya timbul.
2. Dominasi minoritas. Tidak
mungkin dalam satu kelompokterwakili semua kepentingan dalam organissi dan
seringkali hanya terdiri atas segelintir orang saja. Kesempatan ini oleh para
anggota kelompok sering digunakan untuk memenangkan kepentingan
orang-orangtertentu dalam organisasinya yang sengaja atau tidak sengaja
diwakilinya. Ada kecenderungan dia mendominasi kepentingan orang terbanyak.
3. Tekanan untuk menyesuaikan.
Dalam kelompok ada saja golongan yang mempunyai pengaruh dan menekan kelompok
untuk menyesuaikan diri dengan kehendaknya.
4. Tanggungjawab tersamar.
Pada keputusan individual jelas siapa yang bertanggungjawab, tapi pada
keputusan kelompok dari mereka (para anggota) tidak bisa dimintai
pertanggungjawaban perorangan. Tanggung jawab perorangan luluh dalam
tanggungjawab bersama.
D. KESIMPULAN
Apabila dilihat keefektifan dan
efisiensi antar pengambilan keputusan kelompok atau individu, maka hal
tergantung kepada kriteria apa yang dipakai sebagai ukuran efektif. Bila diukur
dengan derajat akurasi, barangkali keputusan kelompok lebih akurat. Fakta
membuktikan keputusan kelompok lebih baik daripada keputusan individu. Tetapi
tidak berarti bahwa secara bersama kelompok lebih bermutu dari perseorangan.
Bila dimaksud dengan efektif adalah ukuran kecepatan maka keputusan individual
jadi lebih efektif. Kalau kreativitas yang jadi ukuran keefektifan maka
keputusan kelompok adalah lebih efektif. Ukuran keefektifan lain, mungkin
dukungan persetujuan, maka keputusan kelompok jadi lebih efektif. Dalam kerja
kelompok pengambil keputusan, telah teruji bahwa jumlah anggota 5 sampai 7
orang adalah produktif dan efektif. Efektif tentu diacu juga dengan
efisiensi. Keputusan kelompok bisa jadi tidak efisien dibandingkan dengan
keputusan individual, bila diukur dari waktuyang dipakai untuk mengambil
keputusan. Pengambilan keputusan bentuk mana yang akan dipakai bergantung
kepada aspek yang mana yang dipentingkan, efektivitas atau efisiensi.
E. SARAN
Dengan adanya makalah ini diharapkan
kita dapat membedakan pengambilan keputusan yang lebih cocok untuk diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam organisasi.
TUGAS OPINI ILMU POLITIK
Assalamualaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh
Puji syukur kita panjatkan
Kehadhirat Allah SWT, yang mana oleh-Nya telah memberikan kita nikmat yang
begitu besar yaitu nikmat Iman dan Islam, sehingga kita berkumpul pada hari
yang berbahagia ini. Selawat besertakan salam tidak lupa pula kita sanjungkan
kepada pangkuan alam Nabi besar Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari alam
kebodohan ke alam yang penuh ilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan
sekarang ini.
Penghormatan saya kepada Dosen
pengasuh mata kuliah ini, dan kepada teman-teman sekalian. Adapun pada
kesempatan ini, saya akan membahaas sedikit tentang kasus Reklamasi Teluk
Jakarta yang baru-baru ini sedang hangat dibicarakan. Saya mengangkat kasus ini
karena banyak hal menarik yang harus dikupas dari kasus reklamasi teluk ini,
diantaranya yaitu: Untuk apa teluk ini di reklamasi, bagaimana dampaknya akibat
dari reklamasi teluk ini.
Teman-teman sekalian, sebenarnya
mengenai reklamasi itu bukan suatu hal yang baru, karena pada dasarnya kita sudah
lazim mendengar hal reklamasi ini, namun karena reklamasi yang dilakukan oleh
Pemerintah Daerah DKI Jakarta yaitu Bapak Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) ini
lain halnya dengan reklamasi lain maka kasus ini perlu dipertanyakan terutama
sekali oleh warga masyarakat di sekitar daerah teluk tersebut. Terkait dengan
reklamasi teluk Jakarta ini, banyak kemungkinan-kemungkinan yang ditimbulkan
akibat dari reklamasi ini yaitu:
Rusaknya
ekosistem laut, dengan dilakukannya reklamasi teluk Jakarta ini sebenarnya
sangat berdampak pada ekosistem laut, jadi sebelum melakukan reklamasi teluk
ini, pemerintah seharusnya menganalisis dulu secara teliti karena analisis
dampak lingkungan (AMDAL) harus di perhatikan, kalau lingkungan tidak dijaga
dengan baik maka dampaknya akan besar.
Hilangnya
mata pencaharian, tidak diragukan lagi bahwa reklamasi teluk ini sangat
berpengaruh terhadap mata pencaharian, khususnya warga sekitar teluk yang
setiap harinya biasanya bekerja sebagai nelayan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Nah sangat disayangkan sekali karena reklamasi ini nelayan semakin
susah untuk mencari ikan, karena daerah tersebut sudah ditimbun dengan tanah,
sehingga warga harus berlayar ke laut lain dan itu juga membutuhkan waktu yang
lama karena jarak tempuh sudah jauh.
Tidak hanya itu, reklamasi teluk
Jakarta ini sebenarnya hanya untuk kepentingan politik, walaupun pemerintah
daerah menyatakan bahwa reklamasi ini dilakukan untuk mengatasi banjir, namun
itu hanyalah menggunakan kesempatan saja dalam artian mengatasnamakan kepentingan
rakyat, padahal itu merupakan kepentingan pemerintah yang bersangkutan.
Demikian halnya dengan masalah mengatasi banjir, padahal reklamasi teluk ini
bukan solusi untuk mengatasi banjir, karena kemungkinan banjir juga akan
terjadi apabila teluk ini direklamasi, jadi reklamasi ini tidak efektif untuk
dilakukan, dan Menteri Lingkungan pun berpendapat bahwa reklamasi teluk Jakarta
ini tidak cocok(efektif) apabila ditinjau dari segi dampak lingkungan.
Banyak kasus terkait mengenai
pembangunan pluit city ini, karena kita lihat di media itu ada kasus suap yang
berhubungan dengan reklamasi, tetapi yang menjadi permasalahan disini yaitu
pemerintah DKI Jakarta seperti tidak ada kejadian apa-apa, pembangunannya
berjalan dengan mulus seperti yang dinyatakan di media masa, dan kasus suap ini
seperti di hindari (di tutupi), namun hal itu tidak perlu diragukan lagi karena
memang sudah jelas disitu ada permainan politik di dalamnya. Seharusnya hal ini
perlu di tanggapi oleh pemerintah pusat Indonesia, karena hal ini melibatkan
banyak stakeholder, tetapi yang disayangkan itulah sekarang ini, dikarenakan
sama-sama memilki kewenangan dan sama-sama memiliki kepentingan jadi hal ini
jelas harus dilarut-larutkan.
Sekarang ini perlu dipertanyakan
untuk siapa kebijakan itu dibuat? Banyak yang berpendapat tentang hal ini,
salah satunya yaitu menurut wakil ketua KPK yaitu Laode M Syarif, beliau
berpendapat bahwa kepentingan publik sebenarnya harus memiliki kepentingan
terhadap publik dan bukan kepentingan untuk satu golongan saja, dan bisa
dibayangkan apabila kebijakan publik dilakukan untuk kepentingan satu golongan
saja. KPK menyatakan hal ini setelah tertangkapnya Sanusi dalam kasus suap
proyek reklamasi teluk Jakarta. Reklamasi teluk Jakarta ini merupakan hal yang
luar biasa dilakukan oleh Pemerintah DKI Jakarta, sebab ini berbasis
Internasional, mengapa demikian? Karena orang-orang yang dilakukan kerjasama
terhadap proyek ini adalah orang-orang hebat yang berasal dari luar negeri,
seperti Skidmore, Owning dan Merills dari USA sebagai Layout tata kota dan
penghijauan dan design taman central park at pluit city oleh Martha dari London, dan banyak
kita lihat di iklan terpampang bahwa reklamasi ini merupakan Kota Persembahan
yang didalamnya terdapat hunian rumah mewah, office dan Centra bisnis terpadu,
ruko dan parkiran yang luas. Dan ini merupakan kota elite mandiri terpadu yang
berdasarkan konsep kota metropolitan Internasional.
Berdasarkan
paparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa proyek reklamasi teluk Jakarta ini
jelas tidak efektif untuk dilakukan, karena kegiatan pembangunan ini dibuat
dengan mengatasnamakan kepentingan rakyat diatas kepentingan politik. Jadi bila
dibandingkan dengan unsur positifnya jauh lebih sedikit dengan unsur negatif
yang ditimbulkan dari reklamasi teluk ini. Sangat disayangkan sebenarnya
mengenai kasus reklamasi ini, karena jika pembangunan pluit city ini berhasil
dijalankan maka rakyat di sekitar teluk tersebut akan terkesampingkan bahkan
tidak dapat merasakan manfaat yang dinamis dengan reklamasi ini, berbeda dengan
petinggi atau pejabat atau orang-orang hebat lainnya akan merasa lebih senang
dan puas atas hasil yang dibangun, karena mereka menjadi penghuni kota pluit
city yang sarana prasarana didalamnya sangat memadai sebab pluit city ini merupakan
salah satu kota persembahan yang dibangun di Indonesia dan memilki taraf
Internasional.
Demikian
orasi ini saya sampaikan, lebih dan kurang saya memohon maaf, dan terima kasih
atas segala perhatian, wabillahitaufik walihidayah wassalamualaikum warahmatullahi
wabarakatuh.
MAKALAH OTONOMI DAERAH
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Latar
Belakang
Sebagai perwujudan dari cita desentralisasi
tersebut, maka langkah-langkah penting sudah dilakukan oleh pemerintah.
Lahirnya berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang
pemerintahan daerah membuktikan bahwa keinginan untuk mewujudkan cita-cita ini
terus berlanjut. Sekalipun demikia, kenyataan membuktikan bahwa cita tersebut
masih jauh dalam realisasinya. Otonomi daerah masih lebih sebagai harapan
ketimbang sebagai kenyataan yang telah terjadi. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa Otonomi Daerah belumlah terwujud sebagaimana yang diharapkan. Kita
nampaknya baru menuju kea rah Otonomi Daerah yang sebenarnya.
Beberapa faktor-faktor yang menetukan prospek
otonomi daerah, diantaranya, yaitu :
Faktor Pertama adalah faktor manusia sebagai subyek
penggerak (faktor dinamis) dalam peenyelenggaraan otonomi daerah. Faktor
manusia ini haruslah baik, dalam pengertian moral maupun kapasitasnya. Faktor
ini mencakup unsur pemerintah daerah yang terdiri dari Kepala Daerah dan DPRD,
aparatur daerah maupun masyarakat daerah yang merupakan lingkungan tempat
aktivitas pemerintahan daerah tersebut.
Faktor kedua adalah faktor keuangan yang merupakan
tulang punggung bagi terselenggaranya aktivitas pemerintahan Daerah.
Salah stu cirri daerah otonom adalah terletak pada kemampuan self
supportingnya / mandiri dalam bidang keuangan. Karena itu, kemampuan
keuangan ini akan sangat memberikan pengaruh terhadap penyelenggaraan
pemerintahan daerah.
Sumber keuangan daerah yang asli, misalnya pajak dan
retribusi daerah, hasilm perusahaan daerah dan dinas daerah, serta hasil daerah
lainnya yang sah, haruslah mampu memberikan kontribusinya bagi keuangan daerah.
Faktor ketiga adalah faktor peralatan yang merupakan
sarana pendukung bagi terselenggaranya aktivitas pemerintahan daerah. Peralatan
yang ada haruslah cukup dari segi jumlahnya, memadai dari segi kualitasnya dan
praktis dari segi penggunaannya. Syarat-syarat peralatan semacam inilah yang
akan sangat berpengaruh terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Faktor keempat adalah faktor organisasi dan manajemen.
Tanpa kemampuan organisasi dan manajemen yang memadai penyelenggaraan
pemerintahan tidak dapat dilakukan dengan baik, efisien, dan efektif.oleh sebab
itu perhatian yang sungguh-sunggguh terhadap masalah ini dituntut dari para
penyelenggara pemerintahan daerah.
Sejarah perkembangan Otonomi Daerah membuktikan bahwa
keempat faktor tersebut di atas masih jauh dari yang diharapkan. Karenanya
Otonomi Daerah masih menunjukkan sosoknya yang kurang menggembirakan.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Apa itu Otonomi Daerah?
2.
Bagaimana Sejarah Perkembangan Otonomi
Daerah di Indonesia?
3.
Apa peran penting di dalam Otonomi
Daerah?
4.
Apa dampak Otonomi Daerah?
1.3 Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui apa pengertian Otonomi
Daerah?
2.
Untuk mengetahui sejarah perkembangan
Otonomi Daerah di Indonesia?
3.
Untuk mengetahui peran penting di dalam
Otonomi Daerah?
4.
Untuk mengetahui dampak Otonomi Daerah?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Otonomi Daerah
Otonomi berasal dari 2 kata yaitu, auto berarti
sendiri, nomos berarti rumah tangga atau urusan pemerintahan.Otonomi
dengan demikian berarti mengurus rumah tangga sendiri. Dengan mendampingkan
kata ekonomi dengan kata daerah, maka istilah “mengurus rumah tangga sendiri”
mengandung makna memperoleh kekuasaan dari pusat dan mengatur atau
menyelenggarakan rumah tangga pemerintahan daerah sendiri.
Ada juga berbagai pengertian yang
berdasarkan pada aturan yang di tetapkan oleh Pemerintahan Daerah. Pengertian
yang memliki kaitan dan hubungan dengan otonomi daerah yang terdapat di dalam
Undang-Undang, yaitu sebagai berikut:
·
Pemerintah daerah yaitu penyelenggaraan
urusan di dalam suatu daerah.
·
Penyelenggaran urusan pemerintah daerah
tersebut harus menurut asas otonomi seluas-luasya dalam prinsip dan sistem NKRI
sebagaimana yang dimaksudkan di dalam UUD 1945.
·
Pemerintah Daerah itu meliputi Bupati
atau Walikota, perangkat daerah seperti Lurah,Camat serta Gubernur sebagai
pemimpin pemerintahan daerah tertinggi.
·
DPRD adalah lembaga pemerintahan daerah
di mana di dalam DPRD duduk para wakil rakyat yang menjadi penyalur aspirasi
rakyat.Selain itu DPRD adalah suatu unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
·
Otonomi daerah adalah wewenang,hak dan
kewajiban suatu daerah otonom untuk mengurus dan mengatur sendiri urusan
pemerintahan dan mengurus berbagai kepentingan masyarakat yang berada dan
menetap di dalam daerah tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
·
Daerah otonom adalah suatu kesatuan
masyarakat yang berada di dalam batas-batas wilayah dan wewenang dari
pemerintahan daerah di mana prngaturan nya berdasarkan prakarsa sendiri namum
sesuai dengan sistem NKRI.
·
Di dalam otonomi daerah di jelaskan
bahwa pemerintah pusat adalah Presiden Republik Indonesia sebagaiman tertulis
di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2.2 Sejarah Perkembangan Otonomi Daerah di
Indonesia
a.
Warisan Kolonial
Pada tahun 1903, pemerintah kolonial mengeluarkan
staatsblaad No. 329 yang memberi peluang dibentuknya satuan pemerintahan yang
mempunyai keuangan sendiri. Kemudian staatblaad ini deperkuat dengan Staatblaad
No. 137/1905 dan S. 181/1905. Pada tahun 1922, pemerintah kolonial mengeluarkan
sebuah undang-undang S. 216/1922. Dalam ketentuan ini dibentuk sejumlah
provincie, regentschap, stadsgemeente, dan groepmeneenschap yang semuanya
menggantikan locale ressort. Selain itu juga, terdapat pemerintahan yang
merupakan persekutuan asli masyarakat setempat (zelfbestuurende landschappen).
Pemerintah kerajaan satu per satu diikat oleh
pemerintahan kolonial dengan sejumlah kontrak politik (kontrak panjang maupun
kontrak pendek). Dengan demikian, dalam masa pemerintahan kolonial, warga
masyarakat dihadapkan dengan dua administrasi pemerintahan.
b.
Masa Pendudukan Jepang
Ketika menjalar PD II Jepang melakukan
invasi ke seluruh Asia Timur mulai Korea Utara ke Daratan Cina, sampai Pulau
Jawa dan Sumatra. Negara ini berhasil menaklukkan pemerintahan kolonial Inggris
di Burma dan Malaya, AS di Filipina, serta Belanda di Daerah Hindia Belanda.
Pemerintahan Jepang yang singkat, sekitar tiga setengah tahun berhasil
melakukan perubahan-perubahan yang cukup fundamental dalam urusan
penyelenggaraan pemerintahan daerah di wilayah-wilayah bekas Hindia Belanda.
Pihak penguasa militer di Jawa mengeluarkan undang-undang (Osamu Seire) No.
27/1942 yang mengatur penyelenggaraan pemerintahan daerah. Pada masa
Jepang pemerintah daerah hampir tidak memiliki kewenangan. Penyebutan daerah
otonom bagi pemerintahan di daerah pada masa tersebut bersifat misleading.
c.
Masa Kemerdekaan
1.
Periode Undang-undang Nomor 1 Tahun 1945
2.
Periode Undang-undang Nomor 22 tahun
1948
3.
Periode Undang-undang Nomor 1 Tahun 1957
4.
Periode Penetapan Presiden Nomor 6 Tahun
1959
5.
Periode Undang-undang Nomor 18 Tahun 1965
6.
Periode Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974
7.
Periode Undang-undang Nomor 22 Tahun
1999
8.
Periode Undang-undang Nomor 32 Tahun
2004
2.3 Peran Penting Dalam Otonomi Daerah
APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah). Di dalam Otonomi daerah selalu identik dengan yang namanya Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah atau yang sering disebut APBD. Di sini saya akan
membahas sedikit mengenai APBD.
Keberhasilan otonomi daerah tidak lepas
dari kemampuan bidang keuangan yang merupakan salah satu indikator
penting dalam menghadapi otonomi daerah. Kedudukan faktor
keuangan dalam penyelenggaraan suatu pemerintah sangat penting, karena
pemerintahan daerah tidak akan dapat melaksanan fungsinya dengan efektif dan
efisien tanpa biaya yang cukup untuk memberikan pelayanan pembangunan dan
keuangan inilah yang mrupakan salah satu dasar kriteria untukmengetahui secara
nyata kemampuan daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.
Suatu daerah otonom diharapkan mampu atau mandiri di dalam membiayai kegiatan
pemerintah daerahnya dengan tingkat ketergantungan kepada pemerintah pusat
mempunyai proposal yang lebih kecil dan Pendapatan Asli Daerah harus menjadi
bagian yang terbesar dalammemobilisasi dana penyelenggaraan pemerintah
daerah. Oleh karena itu, sudah sewajarnya apabila PAD dijadikan tolak ukur
dalam pelaksanaan otonomi daerah demi mewujudkan tingkat kemandirian dalam
menghadapi otonomi daerah.
Sedangkan menurut UU No.17 tahun 2003 tentang keuangan Negara disebutkan bahwa
APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.Lebih lanjut dijelaskan dalam PP No.58 Tahun
2005 tentang Pengelolahan Keuangan Daerah disebutkan bahwa APBD adlah rencana
keuangan tahunan Pemerintah daerah yang di bahas dan disetujui bersama oleh
pemerintah daerah dan DPRD,dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
ekonomi. Inisiatif peningkatan
perencanaan, pelaksanaan, dan keuangan pembangunan sosial ekonomi diharapkan
dapat menjamin digunakannya sumber-sumber daya pemerintah secara efektif dan
efisien untuk memenuhi kebutuhan lokal.
2.5 Dampak
Otonomi Daerah
a. Dampak Positif
Dampak positif otonomi daerah adalah
bahwa dengan otonomi daerah makapemerintah daerah akan mendapatkan kesempatan
untuk menampilkan identitas lokalyang ada di masyarakat. Berkurangnya wewenang
dan kendali pemerintah pusatmendapatkan respon tinggi dari pemerintah daerah
dalam menghadapi masalah yangberada di daerahnya sendiri. Bahkan dana yang
diperoleh lebih banyak daripada yangdidapatkan melalui jalur birokrasi dari
pemerintah pusat. Dana tersebut memungkinkanpemerintah lokal mendorong
pembangunan daerah serta membangun program promosikebudayaan dan juga
pariwisata.
b. Dampak Negatif
Dampak negatif dari otonomi daerah
adalah adanya kesempatan bagi oknum-oknum di pemerintah daerah untuk melakukan
tindakan yang dapat merugikaNegara dan rakyat seperti korupsi, kolusi dan
nepotisme. Selain itu terkadang adakebijakan-kebijakan daerah yang tidak sesuai
dengan konstitusi Negara yang dapat menimbulkan pertentangan antar daerah satu
dengan daerah tetangganya, atau bahkandaerah dengan Negara, seperti contoh
pelaksanaan Undang-undang Anti Pornografi ditingkat daerah. Hal tersebut
dikarenakan dengan system otonomi daerah maka pemerintahpusat akan lebih susah
mengawasi jalannya pemerintahan di daerah, selain itu karena memang dengan
sistem.otonomi daerah membuat peranan pemeritah pusat tidak begitu berarti.
Beberapa modus pejabat nakal dalam
melakukan korupsi dengan APBD :
1.
Korupsi Pengadaan Barang Modus :
·
Penggelembungan (mark up) nilai barang
dan jasa dari harga pasar.
·
Kolusi dengan kontraktor dalam proses
tender.
2.
Penghapusan barang inventaris dan aset
negara (tanah)
Modus :
·
Memboyong inventaris kantor untuk
kepentingan pribadi.
·
Menjual inventaris kantor untuk kepentingan
pribadi.
3.
Pungli penerimaan pegawai, pembayaran
gaji, keniakan pangkat, pengurusan pensiun dan sebagainya.
Modus : Memungut biaya tambahan di luar
ketentuan resmi.
4.
Pemotongan uang bantuan sosial dan
subsidi (sekolah, rumah ibadah, panti asuhan dan jompo)
Modus : Pemotongan dana bantuan sosial
b. Biasanya dilakukan secara bertingkat (setiap
meja).
5.
Bantuan fiktif
Modus : Membuat surat permohonan fiktif
seolah-olah ada bantuan dari pemerintah ke pihak luar.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat
dipahami dengan adanya otonomi daerah, maka setiap daerah akan diberi kebebasan
dalam menyusun program dan mengajukannya kepada pemerintahan pusat. Hal ini
sangat akan berdampak positif dan bisa memajukan daerah tersebut apabila
Orang/badan yang menyusun memiliki kemampuan yang baik dalam merencanan suatu
program serta memiliki analisis mengenai hal-hal apa saja yang akan terjadi
dikemudia hari..
3.2 Saran
Analisis Langkah-Langkah Yang Harus
Diambil Pemerintah Dalam Mengontrol Otonomi Daerah:
1. Merumuskan
kerangka hukum yang memenuhi aspirasi untuk otonomi di tingkat propinsi dan
sejalan dengan strategi desentralisasi secara bertahap.
2. Menyusun
sebuah rencana implementasi desentralisasi dengan memperhatikan faktor-faktor
yang menyangkut penjaminan kesinambungan pelayanan pada masyarakat,perlakuan
perimbangan antara daerah-daerah,dan menjamin kebijakan fiskal yang
berkelanjutan.
3. Untuk
mempertahankan momentum desentralisasi,pemerintah pusat perlu menjalankan
segera langkah desentralisasi,akan tetapi terbatas pada sektor-sektor yang
jelas merupakan kewenangan Kabupaten dan Kota dan dapat segera diserahkan.
4. Proses
otonomi tidak dapat dilihat sebagai semata-mata tugas dan tanggung jawab dari
menteri negara otonomi atau menteri dalam negeri,akan tetapi menuntut
koordinasi dan kerjasama dari seluruh bidang dalam kabinet (Ekuin,Kesra &
Taskin, dan Polkam).
DAFTAR PUSTAKA
Riwu Kaho, Josef, 1988, Prospek Otonomi Daerah di Indonesia,
Jakarta, PT. Raja
Grafindo Persada.
DR. Kaloh J, 2007, Mencari Bentuk otonomi Daerah, Suatu Solusi Dalam
Menjawab Kebutuhan Lokal Dan Tantangan Global, Jakarta, Rhineka Cipta.
http://susisitisapaah.blogspot.com/2011/03/sejarah-perkembangan-otonomi-daerah-di.html
Langganan:
Postingan (Atom)